Kirana anakku,
Umurmu sudah genap dua tahun, hampir lewat sebulan malah. Kamu makin besar. Makin pintar. Kamu sudah banyak bicara, ceriwis sekali. Meski beberapa kata masih belum jelas, tapi cukup bisa dimengerti. Kamu mulai menghafal beberapa lagu, suka sekali menyanyi dan menari. Sudah sukses toilet training, kalau mau pipis atau buang air besar sudah bisa bilang, jadi tak ngompol lagi. Kamu sudah bisa merapikan sendiri mainanmu kalau disuruh.
Beberapa hari belakangan ini kamu mulai disapih. Ibu sudah mulai bilang untuk berhenti minum ASI beberapa bulan sebelum ulangtahunmu. Tapi Ibu juga masih belum tega untuk betul-betul menghentikanmu menyusu. Baru beberapa hari yang lalu akhirnya Ibu menetapkan hati untuk "tega" menyapihmu. Kamu menangis keras sekali. Memohon, memeluk-meluk Ibu, minta susu. Rasanya Ibu juga ingin ikut menangis. Tapi itu proses yang harus dijalani. Sekarang, sepertinya kamu sudah mulai mengerti. Kemarin, kamu tak lagi minta minum susu sebelum tidur. Cuma minta dielus-elus kepalamu. Meskipun waktu kamu terbangun tengah malam masih merengek minta susu, dalam keadaan setengah sadar. Ah, Kirana.
Cepat sekali waktu berlalu, Kirana. Ibu sering membayangkan, akan tiba waktunya kamu sekolah, beranjak remaja, jatuh cinta, patah hati, belajar mandiri, sampai akhirnya harus benar-benar menjalani hidupmu sendiri, lepas dari kami, orangtuamu. Ah, Ibu berpikir terlalu jauh, ya? Nikmati saja dulu waktumu, Nak. Jadilah anak-anak sepuasmu. Bergembiralah. Menyanyi, menari, berlari, melompat, memanjat, lakukan semua yang seorang anak harus lakukan, bermain sepuasmu.
Jika tiba waktumu untuk menjadi dewasa nanti, jadilah orang yang berbahagia dengan apa adanya kamu. Ambillah inspirasi dari orang-orang yang hebat, tapi jangan menjadi mereka. Jadilah dirimu sendiri. Belajarlah tentang banyak hal, lalu pilih beberapa yang kamu benar-benar suka, dan tekuni. Jangan berhenti belajar. Meskipun di luar bangku sekolah. Karena tempat menimba ilmu sebenarnya adalah di kehidupan yang kamu jalani sehari-hari. Belajarlah dari orang-orang di sekitarmu. Dari Ibu, Papa, Om, Nenek, teman-temanmu, atau bahkan orang-orang yang lalu lalang di hadapanmu. Belajarlah dari alam, dari pohon, dari burung, dari kupu-kupu, atau dari kodok yang kamu takut dekati. Belajarlah dari semua hal.
Kamu tak perlu terbebani untuk menjadi juara. Tak perlu selalu ranking satu di kelasmu. Sesekali jadi ranking satu mungkin bagus, tapi tak perlu selamanya. Percayalah, perasaan senang menjadi juara itu hanya sementara. Tak perlu menjadi nomor satu dalam semua hal. Tak perlu menjadi yang terhebat, atau terpintar, karena hidup ini bukan sebuah perlombaan. Yang penting, kamu sudah mengerahkan segenap kemampuanmu, dengan tulus, ikhlas, dan jujur. Selalu berbuat baiklah kepada sesama, tanpa melihat perbedaan. Pada akhirnya, itulah yang akan menjadikanmu orang hebat.
Ibu dan Papa akan selalu mendampingimu. Meskipun mungkin tidak selalu berada di sana secara fisik, tapi kami selalu ada untukmu dalam doa. Kami tidak akan menuntutmu menjadi ini dan itu. Hidupmu adalah milikmu. Kami hanya bisa menunjukkan jalannya padamu, dan kamulah yang punya hak sepenuhnya untuk menentukan arah langkahmu. Jika kamu harus jatuh, jatuhlah. Tapi segeralah bangkit dan berdiri, obati lukamu, lalu berlarilah kembali.
Berbahagialah dalam hidupmu, Anakku. Selalu.
Peluk cium,
Ibu.
Rabu, 03 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments on "Dua Tahun Satu Bulan"
Posting Komentar